Rabu, 11 Februari 2015

Banyak yg kuliah di IAIN dan mempelajari ilmu agama bukan karena kecintaannya terhadap ilmu dan idealisme untuk menegakkan islam tetapi sekedar untuk mencari gelar dan lahan pekerjaan. ketika tujuan pragmatis itu sudah tercapai, maka terhentilah aktivitas untuk mengembangkan keilmuwan dan dakwah islam secara lebih luas.
*Cuplikan Buku Virus Liberalisme di Perguruan Tinggi Islam (Dr. Adian Husaini)

Minggu, 08 Februari 2015

Reinventing Goverment

Regom adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh pihak birokrasi untuk meningkatkan efektivitas dan evisiensi suatu kegiatan atau dapat diartikan menjalankan bisnis untuk memindahkan berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah yang produktivitasnya rendah ke wilayah yang produktivitasnya tinggi dengan hasil yang lebih besar.Dari namanya saja sudah terlihat bahwa pemerintah model ini adalah pemerintah yang mencari keuntungan yang dilandasi dengan jiwa wirausaha. Pemerintah model ini menyerahkan peran tanggung jawabnya ke pihak swasta  yang harusnya pemerintah menjadi pelayan tapi itu semua di alihkan ke pihak lain. Walhasil regom ini mematikan fungsi negara yang sesungguhnya. Contohnya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memalak rakyat untuk membayar premi setiap bulannya. Lagi-lagi rakyat menjadi korban kedzaliman penguasa. Padahal sejatinya negara yang bertanggung jawab terhadap layanan kesehatan gratis dengan pelayanan yang terbaik. Bukan hanya itu saja pada bidang kesehatan pun negara juga lepas tangan , bahkan terhadap pendidikan pun juga.
Fungsi negara sejatinya adalah sebagai pelayan dan pelindung rakyatnya tanpa terkecuali. Negara pun harus mengelola berbagai pemenuhan kebutuhan rakyatnya, bukan menyerahkanya kepada swasta bahkan bukan malah menjual aset-aset dinegara ini kepada pihak swasta.
Fungsi pelayan dan pelindung selama ini tidak pernah dilaksanakan. Wajar ini terjadi karena sistem demokrasi yang melemah. Fungsi pelayanan dan pelindung akan dilaksanakan secara optimal ketika sistem islam diterapkan dalam bingkai negara Khilafah Islamiyah, sehingga kesejahteraan dan kemuliaan umat manusia akan terwujud. Wallahua’lam
Adapun prinsip- prinsip pemerintah yang bersifat wirausaha meliputi :
1.     Pemerintah katalis : Mengarahkan ketimbang mengayuh maksudnya pemerintah harus memberikan beragam pelayanan public. Dan sebaikanya pemerintah memfokuskan pada pemberian arahan, sedangkan produksi pelayanan public diserahkan kepada pihak swasta .
2.     Perintah Milik Masyarakat : Lebih baik memberikan kewenangan pada masyarakat untuk melayani diri sendiri. Fungsinya untuk menjadikan setiap sen belanja yang dikeluarkan berdampak pada peningkatan keberdayaan setiap masyarakat.
3.     Pemerintah yang kompetitif : Pelayanan yang diberikan oleh birokrasi seolah-olah atau akan berkembang adanya persaingan, sehingga birokrasi dapat memberikan pelayanan yang baik.
4.     Pemerintah yang digerakkan oleh misi : Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi orhganisasi yang digerakkan oleh misi.Bagaimana seharusnya pemerintah memiliki komitmen tunggal kepada misi utama
5.     Pemerintah yang berorientasi pada hasil : Mampu menandai hasil ini berarti dana dikucurkan jika hasil atau dampak berkaitan erat dengan tugas utama pemerintah.
6.     Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi. Pemerintah wirausaha tidak akan menjadi arogan ketika memenuhi semua kebutuhan dan keinginan birokrasi tetapi ia akan mengidentifikasikan pelanggan yang sesungguhnya.
7.     Pemerintah Wirausaha : Pemerintah yang dapat menciptakan sumber-sumber pendapatan baru dan tidak hanya berorientasi bagaimana menghabiskan uang. Tujuan utama yang diberikan pemerintah adalah agar pemerintah lebih mengoptimalkan masukan dari pada menghabiskan.
8.     Pemerintah Antisipatif : Mencegah dari pada mengobati . ini terbentuk karena kemampuan melihat kedepan. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh pemerintah.
9.     Pemerintah Desentralisasi : Birokrasi mempunyai kedekatan terhadap masyarakat. Tuntutan regom ini karena di era ekonomi global efisiensi dan produktifitas yang dapat meningkatkan kinerja
10.   Pemerintah yang berorientasi pada pasar : konsep ini menjelaskan, setiap produk kerja dari pemerintahan baik barang, jasa, maupun informasi mesti berorientasi.

Regom ini menjadi salah satu alat untuk menjauhkan kaum muslim dari islam.Regom ini merupakan paradigma yang muncul setelah konsep negara “Wellfare State” yang berperan sebagai “Santa Clause” dipandang sudah kuno tetapi dipopulerkan.
Profil regom ini merupakan ikut campur tangan pemerintah hanya akan memanipulasi mekanisme pasar sehingga subsidi harus dicabut. Harapanya pemerintah harus lepas tangan. Artinya, menemukan kembali hakikat pemerintahan, dimana paradigma lama akan jadul dan tidak akan mengalami perubahan.
Jika dikaji dari 10 prinsip tadi , pemerintah hanya memikul benban tanpa mampu mengarahkan masyarakat.


Sabtu, 07 Februari 2015

I'm Muslim NO #ValentinesDay




."Saudara-saudara, tugas kalian kami kirim ke negeri-negeri muslim bukanlah untuk memurtadkan kaum muslimin menjadi Kristen ataupun Yahudi. Tapi cukuplah dengan menjauhkan mereka dari Islam. Kita jadikan mereka sebagai generasi muda Islam yang jauh dari Islam, malas bekerja keras, suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan, memburu kenikmatan hidup, dan orientasi hidupnya semata untuk memuaskan hawa nafsunya”...
Itulah pidato Samuel Marinus Sweimmer di depan para pendeta Yahudi dan Kristen yang akan dikirim ke negeri-negeri muslim dalam Konferensi Missi pada tahun 1935 M di Jerusalem.
Konferensi Yahudi pada tahun 1938 di Prancis
SEBAGAI arsitek yang berniat menghancurkan pemuda muslim, Zweimmer sadar bahwa memurtadkan kaum muslimin bukanlah perkadara mudah. Jangankan memurtadkan, meminta kaum muslimin untuk tidak meyakini Al Qur’an saja hanya bisa menjadi mimpi bagi Yahudi.
Namun, Zweimmer bukanlah pendeta biasa. Dia sudah dilatih bagaimana menghancurkan kaum muslimin secara sistematis. Dalam penantiannya, dia begitu telaten dan gigih menyiapkan jurus ampuh menaklukan bangsa terbesar di dunia ini.
Hingga kemudian Evangelis asal Amerika Serikat ini berpendapat: jika memurtadkan kaum muslimin adalah langkah sulit, maka menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya bukanlah hal yang mustahil bagi barat.
Boleh seorang muslim berKTP Islam, tapi otaknya mengikuti Yahudi. Boleh namanya Ahmad tapi pikirannya mengikuti nafsu sesaat.
Menariknya, alat ampuh yang diciptakan Zweimmer bukanlah roket dan rudal. Bukan pula senjata dan basoka, tapi nafsu jelata dan invasi budaya.
Target awal yang harus ditaklukan Yahudi adalah wanita. Mengapa? Karena Wanita adalah pewaris generasi, pelahir mujahid rabbani. Tak heran Muhammad Quthb pernah mengeluarkan kalimat monumentalnya.
Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi baik asal ia pernah mendapatkan pengasuhan seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah wanita.
Kini, siapa sangka, 80 tahun setelah Zweimmer menancapkan proyeknya, kaum muslimin perlahan-lahan mulai melepaskan budayanya. Tak sedikit satu-dua remaja yang hancur kehidupannya di masa muda. Mereka lebih mengenal budaya luar, daripada agamanya.
Siapa sangka, demi menyambut Valentine para wanita rela menggadaikan kehormatannya. Bagi mereka, Valentine adalah hari raya yang wajib dirayakan. Jika tidak, maka menjadi kuno dan ketinggalan tren global. Padahal tren global yang dimau Barat adalah beralihnya seorang muslim mengikuti jejak Kristen maupun Yahudi
Pada tahun 496 M, misalnya, Paus Gelasius I secara jelas memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani yang sejak itu resmi bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul Chistianity, menulis:
“Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998). Nama Valentinus di duga merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu Pastur di Roma, Uskup Interamna (modern Terni), dan Martir di provinsi Romawi Afrika
Jadi jelas kemana arah Valentine. Dari sinilah kita teringat firman Allah dalam Surat Al Baqarah 120 bahwa, “Orang-orang Yahudi tidak akan pernah ridha dan tidak pula orang-orang Nashara selamanya sampai kiamat akan terus berusaha mempengaruhi kita hingga kita betul-betul masuk dalam milah (prinsip hidup) mereka”. Menariknya, Allah di sini memakai kata-kata “millah”, bukan “Dien”.
Apakah yang dimaksud millah? Tidak lain sebagai gaya hidup, tata cara, style, pola pergaulan, dan lain sebagainya.
Tepatlah sabda Rasulullah, “Kelak Kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, “Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhary).
Tentu kita tidak bisa berdiam diri. Bangkit dan bergerak adalah sebuah keharusan. Belum ada kata terlambat untuk membina para remaja muslim. Bahwa selain invasi dari luar, kita juga harus melakukan intropeksi sejauh mana dakwah kita menyentuh para pemuda.
Semoga kampanye “I am muslim No ‪#‎ValentinesDay” yang kini dilakukan para pemuda muslim dapat menyentak semangat kita untuk bangkit. Sekali lagi, belum ada kata terlambat untuk berubah

#Karena wanita terhormat itu dimuliakan dengan akad, bukan dengan coklat yang cuma berujung maksiat dan nikmat sesaat. Sepakat, shalihat? 

Jumat, 06 Februari 2015




Anggaplah kuliah itu seperti menu makan: IPK adalah nasinya, pengembangan skill dan pola pikir (Islami) adalah lauk-pauknya. Mendewakan IPK sama halnya dengan hanya memakan nasi — kamu akan kurang gizi.
Menjadi mahasiswa ber-IPK tinggi itu bagus. Tapi alangkah lebih bagus jika ilmu yang kita miliki didedikasikan untuk kembalinya kehidupan Islam.
Agar ngampus tak sekadar status, makanya #Yuk Ngaji
Pemuda Idaman Syurga (PIS)


Pentingnya Berdakwah



    Dakwah merupakan mahkota kewajiban. Konsekuensi dakwah ( Jika cinta pada allah, harus cinta juga pada rasullulah, maka rasulullah yang harus di tekuni)
    Dijaman kapitalisme ini, perlu adanya sosok pengemban dakwah yang dapat merubah pikiran mereka ke dalam pikiran islam. Dengan mengubah pikiran secara kaffah. Jika bukan kita yang merubah pikiran mereka siapa lagi? Karena jika kita tidak berdakwah kita akan mendapat siksa azab karena tujuan dakwah ini menggapai Ridho Allah.
   Dulu rasulullah menyeru pada kerabat dan orang lain untuk berdakwahsecara beriringan dari keluarga , sahabat hingga orang lain. Metode dakwah rasulullah ini sesuai al-qur’an, bahkan aktivitas yanga dilakukan rasulullah dengan merubah pikiran tanpa adanya kekerasan. Sehingga yang harus kita tekuni dari rasulullah adalah cara berdakwah.
   Mengingatkan saudara kita jika salah, mengingatkan sholat, mengingatkan cara berinteraksi yang benar  itu sudah termasuk dakwah, tidak perlu takut untuk berdakwah, tidak perlu takut untuk ditolak, yang terpenting kita sudah menyampaikan, jika mereka tidak mau menerima itu hak mereka, bisa jadi mereka merupakan ladang pahala kita. Maka dakwah kan lah apa yang telah dipahami dan di yakini. Semakin seseorang terikat pada dakwah, ia akan semakin dapat menyatukan pikiran dan perasaan secara harmonis. InsyaAllah

Menyatukan Pikiran dan Perasaan





Hukum syara’ dasar pikiran dan perasaan 
     Jangan gunakan perasaan! Begitulah ungkapan yang sering kita dengar ketika seseorang mengungkapkan rasa kesal,jengkel bahkan benci. Dengan pernytaan seperti itu tidak dibenarkan seseorang menggunakan perasaanya. Ini bisa saja benar bisa juga salah. Benar, bila yang dimaksud menggunakan perasaan sebagai tolak ukur penilaian baik – buruk dan dikatakan salah jika yang dimaksud tidak boleh memiliki perasaan. Sebaliknya perasaan manusia tidak dapat digunakan untuk menilai baik buruknya sesuatu. Betapa tidak, jika dijadikan tolak ukur maka akan sangat ditentukan oleh rasa suka atau tidak suka, padahal seringkali manusia menyukai sesuatu yang salah dan membenci yang benar, menyukai jalan keneraka dan membenci jalan ke syurga.
         Konsekuensi bila perasaan dijadikan tolok ukur adalah yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Dititik inilah kita menyatakan “jangan gunakan perasaan”
Disisi lain didalam realitas kehidupan selalu saja manusia terkait dengan perasaan. Contohnya ketika mendapat nilai yang bagus ,tentu saja ada perasaaan gembira dihati, begitu pula ketika mendapatakan uang, acara pengajian berhasil, bertemu dengan keluarga, berkumpul dengan orang- orang shalih dll. Begitu pula kita juga merasa sedih ketika kehilangan uang, ditinggal mati oleh saudara tercinta, kondisi umat islam yang semakin dipojok kan bahkan ketika janji diingkari. Saya yakin anda juga pernah marah. Itulah realitas perasaan yang sering dihadapi oleh manusia.
         Menyatukan pikiran dan perasaan dilakukan dalam setiap perbuatan, kita harus berfikir dan yakin Qadla baik dan buruknya berasal dari allah. Karena siapapun harus ridha akan qadla baik maupun buruk. Menyatukan pikiran dan perasaan atas dasar islam dilakukan dimanapun. Katakana saja, islam mengajarkan bahwa manusia kebanyakan dzalim terhadap diri sendiri, sekaligus diperintahkan untuk saling menasehati. Mukmin yang memahami akan hal ini akan memiliki perasaan senang,dan bahkan siapapun yang akan menasehtinya ia akan menerima dengan senang hati